Ada Udang di Balik Misi Kesepakatan Nuklir AS-Yordania
Baru-baru ini, pemerintah Yordania menandatangani nota kesepakatan di bidang nuklir dengan AS. Berdasarkan kontrak tersebut,
Departemen Energi AS mengucurkan dana sebesar 370.000 dolar AS untuk membangun pusat penyimpanan sampah nuklir modern negara ini. Isi nota kerjasama antara Amman-Washington juga mencakup perlindungan keamanan sampah nuklir Yordania.
Sejak tahun lalu, para pejabat tinggi Yordania terus mendesak penerapan program nuklir sipil di negaranya. Pada tahun 2008, Yordania menandatangani sejumlah nota kerjasama di bidang nuklir dengan Rusia, Perancis, Inggris dan China. Para pejabat tinggi Yordania bermaksud mengoperasikan reaktor nuklirnya hingga 10 tahun mendatang.
Produksi listrik, kebutuhan air minum dan bahan bakar melalui energi nuklir yang diperlukan Yordania merupakan sejumlah alasan pemerintahan Amman mempercepat pengoperasian program nuklirnya.
Sebagaimana Yordania, Mesir pun tengah mengupayakan program nuklirnya. Meskipun isu ini merupakan transformasi positif dan menunjukkan realitas bahwa negara-negara Barat menerima kebaikan energi nuklir dibandingkan energi fosil yang kian menipis cadangannya.
Namun, sikap dualisme AS dalam masalah nuklir negara-negara kawasan patut dipertanyakan. Pada saat Washington mendukung program nuklir Yordania dan Mesir bahkan Gedung Putih dalam hal ini bekerjasama dengan kairo dan Amman, namun Ironisnya Gedung Putih senantiasa menjegal program nuklir sipil Iran.
Padahal, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Muhammad Elbaradei dan sejumlah kelompok independen di IAEA berulang kali menyatakan tidak adanya penyimpangan dalam program nuklir Iran dan mengakui sikap kooperatif Teheran terhadap IAEA. Kini, opini publik internasional kembali menyaksikan politik dualisme AS dalam masalah nuklir sejumlah negara Timur Tengah. Sejatinya,
isu ini makin membebani tanggungjawab Badan Energi Atom Internasional, lalu kenapa mesti harus menunggu persetujuan Amerika untuk program nuklir iran yah?
@
Tagged @ Emang Jahil
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten